Created by Mohammad Adibillah, S.Psi
Maraknya perundungan atau bullying yang terjadi dilingkungan sekolah akhir-akhir ini menjadi momok yang menghantui setiap elemen yang hidup di dalamnya, mulai dari murid, guru hingga orang tua.
Banyak beredar video di media sosial yang memperlihatkan perilaku kekerasan yang disinyalir merupakan perundungan. Video perpeloncoan di Bekasi, aksi “smackdown” di Balikpapan, siswi SD yang dicolok matanya hingga buta di Gresik bahkan anak seorang publik figur yang diduga menjadi salah satu perundung disekolahnya yang bertaraf internasional.
Beberapa kasus di atas mengisyaratkan bahwa langgengnya perundungan tidak mengenal usia, tempat atau strata sosial. SMAN 1 Kraksaan menyikapi fenomena tersebut dengan menyelenggarakan sebuah acara. Sabtu (24/02), Teater Dekik SMAN 1 Kraksaan menggelar pertunjukan bertajuk “Bawang Merah dan Bawang Putih” yang mengangkat isu perundungan.
Ary wibowo, salah satu guru, mengungkapkan teater menjadi salah satu alat untuk mengemas sosialisasi mengenai bahaya perundungan pada publik. “Saya bekerjasama dengan para guru BK Matura dalam pembuatan naskah, ” ujar guru sejarah tersebut
Pembina sekaligus pelatih Ekstrakurikuler Teater itu juga menambahkan bahwa ia tertarik dengan cerita Bawang Merah dan Bawang putih ini karena merupakan cerita rakyat yang dekat dengan masyarakat. Pria berusia 35 tahun tersebut menegaskan bahwa cerita Bawang Merah dan Bawang Putih ini banyak mengandung unsur perundungan yang selayaknya harus kita kaji dan dalam segi kenaskahan ia harus mengadaptasinya lagi.
Pertunjukan yang dimainkan oleh siswa-siswi SMAN 1 Kraksaan tersebut berhasil menarik antusias masyarakat, ada sekitar 200 orang penonton dari berbagai kalangan yang hadir pada acara tersebut. Mulai dari siswa-siswi SMAN 1 Kraksaan sendiri, sekolah-sekolah terdekat, guru-guru, mahasiswa dan wali murid.
Acara yang dibuka langsung oleh Pembina Sekbid Apresiasi Seni, Bapak Tomi Lazuardi, S.Pd ini, dimulai pukul 09.00 pagi, hingga rampung kurang lebih pukul 12.00 siang. Pertunjukan yang digelar di Aula SMAN 1 Kraksaan ini berjalan dengan lancar dan hikmat.
“kadang lucu, kadang sedih, kadang juga serius. Seru banget nontonnya, apalagi pas ngelihatin bawang putih disiksa sama ibu tirinya itu sangat menyayat hati.” Ungkap Aci Benaya, salah seorang penonton.
Menjadi pembeda dengan pentas-pentas Teater Dekik sebelumnya, pada pentas kali ini Teater Dekik mengundang seorang yang ahli dibidang perundungan untuk memantik diskusi selepas pertunjukan dan mendapatkan tanggapan baik dari penonton yang tertarik dengan pembahasan mengenai perundungan ini.
“saya mengapresiasi diselenggarakannya kegiatan ini. saya pikir kegiatan ini menjadi langkah preventif yang dilakukan sekolah untuk mencegah atau mengurangi perundungan” ungkap Nur Fitri Sofia Nanda, S.Psi., pemantik diskusi selepas pementasan berlangsung.
Ary Wibowo berharap adanya pertunjukan dan diskusi tentang perundungan ini dapat merangsang penonton untuk mengenal lebih jauh tentang perundungan dan dapat menjadi agen perubahan yang memerdekakan pendidikan tanpa perundungan.
“ini merupakan langkah preventif dan perlawanan kita terhadap perundungan yang ada disekitar kita —di dunia pendidikan” katanya mengakhiri pembicaraan.
6 komentar
Cholik, Ahad/Minggu, 25 Feb 2024
drama sangatnya bagus .. apalagi sekarang sudah banyak bullying, cegah perundungan fisik dan visual.
Mohammad Adibillah, S.Psi., Kamis, 14 Mar 2024
terimakasih pak
Endang hartatik, Ahad/Minggu, 25 Feb 2024
Keren bagus
Mohammad Adibillah, S.Psi., Kamis, 14 Mar 2024
terimakasih bu
Endang Sulistyowati, Ahad/Minggu, 25 Feb 2024
Luar biasa pertunjukkan yang membuat semua orang memiliki literasi budaya dan kewargaan. Pertunjukan yang mengungkap tentang budaya perundungan dikemas dengan apik tanpa kesan menggurui oleh teater Dekik.
Semoga segera terbit karya2 lain yang menginspirasi
Mohammad Adibillah, S.Psi., Kamis, 14 Mar 2024
terimakasih bu