SEKILAS INFO
: - Rabu, 02-10-2024
  • 6 bulan yang lalu / Selamat Datang di  Website Resmi SMA NEGERI 1 KRAKSAAN || ⛔ TERKINI: SUKSES PERTEMUAN TERAKHIR RESA ARE ; TELISIK BUDAYA TER-ATER DALAM KEHANGATAN RAMADHAN.

Created by Diva Triwahyuningsih, Probolinggo

Menyimak Kisah Perjuangan Fendi Ardiansyah Sebelum Menjadi  Guru

Kisah Pramu Kebun yang MenjadiGuru

Kesehariannya sebagai pramu kebun di sekolah membuat Fendi Ardiansyah kagum akan sosok guru. Ia selalu mengamati aktivitas guru yang setiap hari mengajar dan mendidik siswanya. Berangkat dari kekaguman itu, ia pun mulai menabung dan melanjutkan kuliah ke jenjang S1.Bagaimana kisah dan perjuangannya dalam mewujudkan mimpi menjadi seorang guru?

Perawakan tubuhnya tinggi semampai. Kulit sawo matang. Mengenakan baju batik coklat bermotif parang.Ia berdiri di depan gerbang sekolah, menyambut siswanya dengan senyum yang ramah.

Sekilas tidak ada yang berbeda dengan guru pada umumnya. Namun siapa sangka, perjalanan hidupnya menyimpan banyak cerita. Sebelum menjadi seorang guru, ia adalah seorang pramu kebun. Seorang tenaga kebersihan di sekolah tempat ia bertugas sekarang.Itulah Fendi Ardiansyah. Seorang guru pengajar PPKn di SMAN 1 Kraksaan.

Ketika ditemui di sekolah pada saat jam istirahat, Fendi menyambut dengan baik. Saat itu ia membawa buku paket karena memang usai mengajar di kelas.

Simak saja,sekelumit kalimat yang diucapkan sebelum menceritakan kisah hidupnya.“Saya akan tetap berkomitmen sebagai manusia pembelajar, mengasah kompetensi, dan menjadi insan bermanfaat dalam dunia pendidikan.”

Rupanya kalimat itu memiliki makna tersendiri dalam perjalanan hidupnya. Bagi Fendi, menjadi seorang guru adalah tujuan. Kendati keadaan tidak memuluskan perjalanan menggapai mimpinya saat itu.

Ia pun bercerita ketika ditanya tentang lika-liku hidupnya dalam mencapai mimpinya untuk menjadi seorang guru. Dengan penuh semangat, kisahnya menggapai mimpi diuliknya satu persatu.

“Setelah lulus SMA di tahun 2010 saya berencana melanjutkan kuliah di keguruan. Namun sayang kondisi ekonomi memaksa saya untuk menghentikan keinginan, saya tidak melanjutkan kuliah karena kekurangan biaya.” Kata laki-laki kelahiran Probolinggo, 31 Agustus 1993.

Kondisi demikian nyatanya tidak membuat Fendi putus asa. Kendati harus mengubur mimpinya untuk menjadi seorang guru, ia kemudian memutuskan untuk bekerja. Karena baginya, pantang bagi seorang anak laki-laki yang sudah dewasa merepotkan orang tua.

Ia kemudian bekerja di proyek sebagai helper. Sembari tersenyum, ia menjelaskan bahwa gaji yang didapatkan dari seorang helper sangat membantu kehidupan ekonominya.

Kala hatinya saat itu mulai memiliki tambatan hati. Pada akhir tahun 2011, Fendi memutuskan untuk menikah. Gaji bulanan yang dimiliki, cukup untuk menopang hidupnya bersama istri. Bahkan ia dapat membeli sebuah unit perumahan bersubsidi dengan sistem kredit.

Lambat laun, hati kecilnya mulai bergejolak. Keinginannya menjadi seorang guru muncul kembali. Sayangnya profesi yang dijalani tidak memberikan kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan.

Ia pun memberanikan diri untuk berkeluh-kesah  kepada sang istri. Ternyata di luar dugaan, sang istri menyambut baik keinginan Fendi.

Hingga akhirnya, ia memutuskan mendaftar kerja di sekolah  sebagai seorang karyawan. Tugasnya adalah menjadi seorang petugas kebersihan. Biasa disebut dengan istilah pramu kebun. SMAN 1 Kraksaan  menjadi saksi bisu kisah perjalanan kariernya hingga saat ini.

“Saya memilih menjadi pramu kebun di sekolah bukan tanpa alasan, saya sangat suka dengan dunia pendidikan, jadi saya ingin bekerja di sekolah  walaupun harus menjadi tenaga kebersihan,” jelas Fendi yang juga merupakan anggota pencak silat setia hati terate ini.

“Kalau  kerja di proyek saya tidak bisa kuliah, kalau kerja sebagai karyawan di sekolah, saya bisa melanjutkan kuliah karena waktunya lebih longgar.” Lanjutnya lagi.

Singkat kata, ia kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Wisnu Wardana Malang pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan  jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Ia kuliah setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Jumat siang sepulang bekerja ia langsung berangkat ke Malang untuk mengikuti kuliah.

Berbekal cicilan koperasi karyawan di sekolah, ia mendaftar sebagai mahasiswa baru. Gaji sebagai petugas kebersihan  yang  tidak seberapa besar dibandingkan  saat bekerja di proyek dulu tidak menyurutkan semangatnya.

Fendi dan istri kemudian membuka usaha toko pakaian dan kosmetik. Ia bersama istri menjualnya secara online dan offline. Usaha itu sangat membantu dalam menopang kebutuhan hidup dan biaya kuliah yang dijalaninya.

Beberapa teman SH Terate di UKM Pencak Silat memberikan tempat untuk tinggal saat Fendi kuliah. Sehingga ia tidak terlalu kebingungan dengan biaya kost di Malang.

Hingga akhirnya pada tahun 2016 ia pun lulus, Fendi kemudian bekerja sebagai guru di sekolah swasta di Kabupaten Probolinggo.

Tiga tahun berlalu, ia kemudian melamar bekerja sebagai guru di SMAN 1 Kraksaan. Seperti gayung bersambut, Fendi diterima bekerja. Perjalanan hidupnya menjadi kisah yang penuh pengorbanan.

“Tahun 2022 saya mengikuti seleksi PPG Prajabatan gelombang 1, dari sekitar 38.000 pendaftar, dipilih 12.000 peserta yang  lolos seleksi, alhamdulillah saya satu dari 12.000 peserta yang  lolos tersebut, saat  ini saya sudah selesai melaksanakan pendidikan  profesi guru yang saya jalani selama kurang lebih satu tahun di Universitas Negeri Malang” pungkasnya dengan mata berbinar.

            “Mimpi dalam tidur itu biasa, tapi mewujudkan mimpi menjadi kenyataan baru luar biasa.Segerabangun dan berproseslah, karena keberhasilan bukan pemberian, melainkan buah dari aksi nyata yang dilakukan.”Demikian kata Fendi menutu pembicaraan.(*) 

kisah pramu kebun yang menjadi guru
Telp Sekarang
Lokasi