Ana ‘Abdu Man ‘Allamani Walaw Harfan Wahidan.
Sayyidina Ali dalam penghargaannya kepada seorang guru
Betapa tinggi kemuliaan dan penghormatannya pada guru
Itulah kata yang tertanam kuat dalam pikir dan jiwaku
Man Ana – Man Ana, Man Ana Laulakum.
Apalah arti diri, tanpa bimbinganmu
Apa daya ini tanpa hadirmu
Apa makna hidup tanpa adamu
Apalah aku …. apalah kami….
Kau terlalu sabar menuntun
Kau terlalu gigih dalam ajarmu
Man Ana – Man Ana, Man Ana Laulakum.
Jasa yang tak pernah ternilai
Tak terhitung jumlahnya
Selalu menjadi jariyah
Mengalir setiap hari – hari mu
Teringat ku pada ingatan –ingatan masalalu
Ketika aku bergegas menuju sekolah pagi hari
Aku terburu, karena jam telah menunjukan pukul tujuh
Betapa badan ini berkeringat dingin
Kau berdiri di gerbang sekolah
Tak banyak kata yang kau ucap
Hanya permohonan maafku dan kujabat tanganmu
Teringat dengan senyum hangat
Penuh kasih, seolah kau merangkul erat
Kemudian kau bisikkan nasihat-nasihat bijak
Sebagai bekal menuntut ilmu
Kesabaran untuk memberi tertanam kuat
Itu membuat kami semua gagah berdiri
Gelombang kesadaran kembali menghantam
Tentang disiplin dan kesabaran
Tentang tegas dan kasih sayang
Tentang mimpi yang harus digapai
Tentang hati yang selalu riang
Ingin kembali pada masa itu
Masa putih abu-abu menghias pandangan
Masa merangkul dengan teladan
Masa sadar yang muncul di akhir kisah
Man Ana – Man Ana, Man Ana Laulakum.
Terima kasih Ayah
Terima kasih Ibu
Kau saksi dalam perjalanan kami
Perjalanan sebagai penerus perjuanganmu